Roni S.Mappeware
Jasad kita satu, arwah kita
satu
yang tertusuk
padamu berdarah padaku
(SCB)
Cinta
Masing-masing kita mengenalnya.
Ada
banyak pesan orang-orang bijak tentang cinta. Bukan hanya itu, setiap detik
waktu kita diserbu oleh cinta. Tidak lagu, puisi, novel, film, sinetron, dan
apapun yang ada saat ini (termasuk kampanye caleg dan parpol) seolah tak
lengkap tanpa cinta. Tak terkecuali bencana, hal ini pun memancing munculnya
cinta, entah tulus atau tidak bukan urusan kita. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan Marcello Mastroiani bahwa dalam
soal cinta, tak ada perbedaan. Bisa diterima?
Baik saya lanjutkan. Yang perlu diingat, Kahlil Gibran pernah bilang kalau
sebenarnya cinta adalah gabungan antara
kenikmatan dan kepedihan, nah lo. Berarti saat mengaku melakoni perjalanan
cinta, maka anda mesti siap-siap untuk sekali-kali merasakan sakit. Tetapi seorang
bijak pernah mengungkapkan jika kau
percaya cinta maka kau juga harus percaya akan adanya keajaiban karena
dalam cinta ada banyak sesuatu yang terkadang tidak dapat diterima oleh
akal. Dan semakin kita menyelami hal
yang satu ini maka satu hal yang pasti juga akan kita ketahui sama seperti yang
Ingrid Bergman yakini bahwa ternyata
tidak satu pun kekuatan di dunia yang
mampu memenjarakan cinta. Bahkan Marilyn Monroe mempertegas semua
argumen terdahulu dengan; hidup dan mati
sangat ditentukan oleh cinta.
Beberapa petikan di atas hadir untuk mencoba
menggelitik sebuah ruang pada diri kita masing-masing. Apakah kita memiliki
cinta? Jika cinta telah menjadi bagian dari kita, maka tak perlu dikhawatirkan
lagi. Kehadiran adik baru akan memancing semua cinta untuk dapat keluar dan
mengekspresikan dirinya. Setiap kita mempunyai pola, cara yang berbeda. Tetapi
intinya adalah mereka tidak harus menjadi saingan seperti lazimnya seorang anak
pertama yang menyadari keberadaan adiknya (anak kedua dan seterusnya). Atau seperti
anak yang bungsu dalam jangka waktu yang lama, saat memiliki adik justru
memupuk rasa benci pada adiknya. Untuk wilayah kita, hal ini saya yakin sangat
berbeda. Walau harus diakui, perlu proses yang juga butuh waktu yang variatif.
Kerinduan
Kita yang telah terlalu lama memendam rindu
seorang kakak kini telah memiliki adik. Mungkin rasa rindu itu kini telah
terobati. Tetapi mesti disadari ada wilayah rindu yang lain yang sebaiknya
ditumbuhkan. Maksud saya, kerinduan untuk selalu bersama, bercengkrama dan
melakukan proses secara beriringan pula. Bahkan mungkin sampai pada kerinduan
untuk dapat melihat kejayaan UKM Seni UNM, mengapa tidak?
Hal ini mesti dibangun dari awal. Tidak serta merta
setelah kita mendapat adik yang cukup banyak, maka tiba-tiba kita merasa
memiliki kesempatan untuk sejenak beristirahat. Ingat, kita masih punya tugas
berat, menuntun mereka melewati jalan yang mereka belum kenal dengan baik. Jika
ditinggalkan atau dibiarkan berjalan sendiri, saya yakin kita semua tahu apa
jawabannya. Maka rindukanlah kebersamaan, kejujuran, rasa saling memiliki dan
rasa saling membutuhkan.
Kini saatnya, kita dituntut untuk dapat dengan
maksimal mengaktualisasikan segala sesuatu yang dipahami, diketahui, di
mengerti, dan juga bisa dipahami secara positif. Jangan sampai ruang
aktualisasi justru hanya mampu menyentuh ruang-ruang personal yang sama sekali
jauh dari rasa cinta terhadap UKM Seni UNM. Atau mungkin malah membangun
solidaritas semu yang hanya sebatas kenikmatan sesaat.
Kasih Sayang
Tidak pernah ada kasih sayang yang dilakukan oleh
sebelah pihak. Hal ini bisa terwujud jika dilakukan oleh dua kesadaran yang
saling memahami dan pada saat rasa cinta dan rindu telah menjadi sesuatu yang
tumbuh tanpa harus disugesti oleh wilayah yang lain. Mari kita coba untuk
mewujudkan rasa itu tanpa mengharapkan pamrih. Ini menjadi tugas kita bersama.
Baik baru maupun lama (bagian ini hanya pada persoalan waktu).
Setiap kasih sayang adalah sebuah perjuangan untuk
dapat saling mengerti, memberi, menerima, menasehati, mengingatkan, menegur,
menerima masukan, hingga memberi dan menerima maaf. Jika kita sekalian telah
mampu mengaplikasikan minimal tiga diantara beberapa item tersebut, maka
perjalanan hidup kita di UKM
Seni UNM akan senantiasa di bawah payung kasih sayang.
Keharmonisan
Bukalah tanganmu lebar-lebar. Siapkanlah dadamu
untuk menjadi sandaran bagi mereka, saat sedih atau bahagia. Dalam perjalanan
selanjutnya, mungkin akan ada suka, duka atau sesuatu yang lebih dari itu. Yang
kita butuhkan adalah keterbukaan dan keinginan untuk berbagi segala-galanya.
Jika hal ini tidak coba untuk dilakukan, maka mungkin saja akan ada bom waktu
yang tertanam dengan sempurna dan menunggu kapan saatnya untuk meledak. Kita
tidak mengharapkan ada perpecahan di tubuh kita apalagi yang terjadi hanya
karena perselisihan tentang hal-hal yang sederhana.
Simpanlah ego
dan keinginan menang sendiri pada wilayah paling dalam yang tidak mungkin
digali lagi. Satu hal yang menjadi catatan
dan perlu disadari bahwa semua kita berbeda. Baik diperlakukan atau
memperlakukan. Saat ini kita semua adalah saudara. Maka sengaja saya pasang
penggalan puisi Sutardji Calsoum Bachri pada bagian awal tulisan ini sebagai
sumber inspirasi.
Kepercayaan
Berhati-hatilah
dengan cinta, karena cinta kadang menyembunyikan kebencian. Dan tak perlu terlalu
takut pada kebencian karena kebencian adalah cinta yang tertunda.
Kedua hal ini hanya mengenal sebuah kata yang
sakti, kepercayaan. Milikilah
kepercayaan untuk dirimu dan untuk kau perlihatkan kepada orang lain. Kepercayaan
sesuatu yang mutlak, tetapi dilain kesempatan bisa saja menjadi sesuatu yang
mustahil. Berusahalah belajar pada sesuatu yang kecil. Jangan pernah menganggap
remeh masalah yang sepertinya kecil. Sebab sesuatu yang besar selalu bersumber
dari hal-hal yang kecil. Puncak? Akan kita capai jika pendakian ini tidak
menjadi beban dan kita lakukan bersama. Mari kembali kita membumikan slogan
“bekerja dengan senyum, ikhlas, dan cinta” di Salassa tercinta.
Dengan cinta terucap “Selamat datang calon generasi
penerus, buktikan kalian bisa menjadi
bagian dan menguatkan cinta kami!”
Makassar,
3 Februari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar